25.1 C
Bontang
Jumat, Maret 21, 2025
spot_img

APBD Tak Cukup Tangani Banjir, Amir Tosina : Komisi III Upayakan APBN

KAREBAKALTIM.com – Banjir di Kota Bontang masih menjadi tugas berat pemerintah yang tidak kunjung terselesaikan. Pasalnya, hingga 2021 banjir masih terus melanda daerah yang sering disebut Kota Taman.

Seperti 3 hari terakhir ini, curah hujan tinggi dan banjir kiriman membuat beberapa titik terendam banjir. Di antaranya, Jalan Imam Bonjol, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Guntung, dan Kelurahan Api-api.

Menyikapi hal tersebut, Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bontang Amir Tosina mengatakan, untuk menangani kasus tersebut tidak bisa bila hanya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) semata.

Sebab, kata dia APBD yang diperuntukkan penanggulangan banjir hanya berkisar 10 persen saja atau setara dengan 10 hingga 20 miliar. Terlebih ada 5 lokasi yang menjadi titik rawan banjir.

“Kalau mengandalkan APBD kayaknya tidak bisa. Karena semakin hari semakin kecil, ” ujarnya saat dihubungi reporter Karebakaltim.com melalui sambungan seluler, Jumat (5/3/2021).

Dari itu, pihaknya berencana akan mengajukan permohonan bantuan ke pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat, melalui Bantuan Keuangan (Bankeu) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Karena menurutnya, jika sudah menggunakan APBN, bukan hanya pembangunan turap yang bisa direalisasikan.

Tetapi, juga bisa membuat bendungan atau tanggul untuk menampung debit air sungai dan hujan di 5 titik, yaitu Tanjung Laut, Jalan Brokoli, Perumahan KCY, Jalan Imam Bonjol serta Kelurahan Gunung Elai.

“Sekitar 5 hektar lahan yang harus disiapkan untuk 1 lokasi rawan banjir,” sebutnya.

Ia juga mengatakan, apabila anggaran sudah ada dan perencanaan pembangunan akan dilaksanakan, maka Komisi III harus ikut memantau bersama dengan dinas terkait sehingga tepat sasaran.

Selain itu kata Amir, untuk penanggulangan jangka pendek, pemerintah bisa menggunakan alat yang ada dengan melalukan normalisasi. Seperti pengerukan dari hulu ke hilir di sungai-sungai.

“Kita punya alat, entah eksa mini atau apapun itu yang penting sungainya dikerok dulu. Barangkali ada yang tersumbat karena sampah, atau sudah ditumbuhi rumput lebat, ” pungkasnya. (*)



Reporter : Mirah Hayati
Editor : Siti Nurkhasanah

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,300PelangganBerlangganan