KAREBAKALTIM.com – Pola Pangan Harapan (PPH) masuk dalam salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ke depan.
Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang, Debora Kristiani, menuturkan, PPH merupakan pola penghitungan konsumsi pangan rumah tangga.
“Untuk menilai konsumsi pangan masyarakat,” ujarnya, Jumat (11/6/2021).
Kata dia, semakin tinggi skor semakin tinggi kualitas gizi warga. Penilaian pola pangan masyarakat tergantung kebiasaan individunya, suka makan nasi atau mengonsumsi beraneka ragam makanan.
Idealnya semua kelompok pangan wajib dikonsumsi agar seimbang. Namun, di Bontang masyarakat lebih banyak memakan protein nabati terutama protein hewani (Ikan), akan tetapi sayurnya tidak sebanding.
PPH pun wajib dihitung per tahun, setelah itu akan dilaporkan ke Dinas Pangan Tanaman Pangan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan pusat. Karena mencerminkan kesejahteraan Kota Bontang, jika rendah akan diintervensi oleh pusat.
Di Kota Taman capaian target PPH 2019 sebesar 89,4 persen, sedangkan nasional 100 persen. Debora berharap, 2020 dan 2021 lebih meningkat.
“Se-Kaltim Bontang termasuk tinggi. Hanya saja rendah diumbi-umbian, cuma 0,9 persen. Ini juga menjadi PR kita mempertahankan persentase yang dicapai,” tuturnya.
Diketahui, pola konsumsi pangan masyarakat Kota Bontang berdasarkan AKG WNPG x 2012, menurut kelompok bahan makanan pada 2019 yakni padi-padian 25,0 persen, umbi-umbian 0,9 persen.
Sementara, pangan hewani 24,0 persen, minyak dan lemak sebesar 0,5 persen. Buah, biji berminyak 0,3 persen, kacang-kacangan 5,2 persen, gula 1,5 persen.
“Sayur, buah-buahan 27,5 persen. Totalnya 89,4 persen. Untuk 2020 PPH nya belum keluar, masih sementara perhitungan, itu dihitung langsung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai pemegang data lengkap penduduk,” pungkasnya. (*)
Reporter : Mirah Hayati
