26.5 C
Bontang
Minggu, Juni 29, 2025
spot_img

Cinema Visit Samarinda: “Jodoh Tiga Bujang” Cerita Cinta dan Budaya Bugis Makassar dalam Refleksi Uang Panai

KAREBAKALTIM.com, Samarinda – Film Jodoh Tiga Bujang sukses menyapa para penonton di Samarinda dalam pemutaran perdana yang berlangsung hangat dan penuh antusiasme. Samarinda menjadi kota ketiga yang berhasil mencatat status sold out, membuktikan tingginya animo masyarakat terhadap film yang mengangkat kisah cinta dengan latar budaya Sulawesi Selatan ini.

Dalam sesi konferensi pers usai pemutaran film di bioskop XXI Samarinda Central Plaza, pada Rabu (25/6/2025), para pemain dan kru membagikan cerita di balik proses produksi film yang terinspirasi dari kisah nyata.

Para aktor dan aktris Ibu Kota, diantaranya Jourdy Pranata (Fadly), Maizura (Nisa), Aisha Nurra Datau (Rifa), Barbie Arzetta (Karin), hingga Arfan Sabran selaku Sutradara nampak hadir membersamai cinema visit di Kota Tepian.

Film ini berkisah tentang tiga saudara yakni Fadly, Kifli, dan Ahmad yang diminta untuk melangsungkan hubungan asmara mereka ke jenjang pernikahan. Namun, dengan catatan mereka bertiga haruslah menikah secara bersamaan (nikah kembar) guna menghemat uang pernikahan.

Akan tetapi, di tengah kabar bahagia tersebut, Fadly tersentak saat mengetahui sang pujaan hati telah dilamar pria lain dengan mahar 500 juta. Tetap tegar, dirinya kemudian mencari pasangan pengganti Nisa dalam waktu yang singkat agar rencana pernikahan kembar tersebut tidak gagal.

Uniknya, film ini rupanya diangkat dari kisah nyata sang tokoh asli atau based on story. Sutradara film, Arfan menjelaskan bahwa cerita Jodoh Tiga Bujang berangkat dari kisah seorang sahabat di Makassar yang hendak menikah secara “nikah kembar” bersama dua saudara lainnya. “Namun yang tertua gagal lamaran,” ujarnya.

Lebih dari sekadar cerita lucu soal nikah kembar, film ini menyentuh berbagai isu sosial dan budaya seperti uang panai yang makin mahal, peran orang tua dalam perjodohan, serta tantangan membangun komunikasi antar generasi. “Ini cerita hangat, dekat dengan keluarga, dan sangat relevan” katanya.

Belajar Bahasa Makassar

Salah satu tantangan besar bagi para pemain adalah membawakan dialog dengan dialek khas Makassar. Mereka menjalani pelatihan intens selama tiga minggu sebelum syuting. “Kami dibantu langsung oleh orang Makassar asli, seperti Maizura,” ujar Jourdy Pranata.

Proses syuting selama sebulan penuh di Makassar juga memberi kesempatan para aktor untuk meresapi suasana lokal. “Kami jadi keluarga, di lokasi syuting pun kita kulineran dan olahraga bareng,” tambahnya.

Pesan dari Film: Tradisi Hingga Harapan Perempuan

Salah satu pemeran perempuan, Maizura, yang merupakan gadis Bugis asli, menekankan pentingnya ruang dialog antara anak dan orang tua dalam menghadapi tradisi.

“Tradisi tidak salah. Tapi bagaimana kita memperlakukannya itu yang penting. Film ini menunjukkan bahwa dialog bisa menemukan jalan tengah antara harapan orang tua dan pilihan hidup anak,” ucapnya.

Ia juga berharap karakter yang ia mainkan, Nisa, bisa menjadi simbol kekuatan perempuan dalam menentukan pilihannya. “Banyak perempuan di luar sana mungkin belum punya ruang untuk bersuara. Tapi mereka punya kuasa atas hidup mereka,” ungkapnya.

Samarinda Kota Relate

Terkait pemilihan Samarinda sebagai salah satu kota penayangan perdana, tim produksi mengungkapkan bahwa kota ini memiliki penonton yang antusias serta kedekatan kultural.

“Banyak keluarga Bugis di sini. Jadi mereka pasti bisa relate dengan ceritanya,” kata sang Sutradara.

Menutup sesi, para pemain dan kru mengajak masyarakat luas untuk menyaksikan film ini, sebab “Jodoh Tiga Bujang” bukan cuma hiburan, tetapi juga pengalaman emosional dan budaya.

“Sesuai panainya Rifa, Kami optimis bisa tembus 3 Miliar (3M) penonton. Bismillah!” Tutupnya dengan semangat. (Bey)

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,400PelangganBerlangganan