KAREBAKALTIM.com, Samarinda – Fenomena pedagang kopi keliling menggunakan sepeda kini semakin menjamur di Kota Samarinda. Berbekal sepeda yang dimodifikasi jadi lapak mini, para penjual ini menjajakan kopi seduh di trotoar, taman kota, hingga bahu jalan protokol. Meski digemari warga, keberadaan mereka tak luput dari teguran aparat Satpol PP.
Setiap akhir pekan, pemandangan ini mudah dijumpai di kawasan Tepian Mahakam, Taman Samarendah, hingga sekitar kampus dan perkantoran. Dengan berbekal kopi cup yang sudah terseduh di dalam box es, mereka menawarkan kopi dengan varian rasa serta harga yang terbilang murah.
“Modal saya enggak besar, cuma sepeda dan alat seduh. Jualan dari pagi sampai sore, kadang bisa laku 50 gelas,” ujar Wahyu, nama samaran, penjual kopi sepeda yang biasa mangkal di sekitar Jalan Juanda, Sabtu (12/7/2025).
Namun, kehadiran para pedagang ini mulai menjadi perhatian petugas penegak perda. Sejumlah pedagang kopi sepeda mendapat teguran lisan dari Satpol PP karena dianggap menggunakan fasilitas umum secara tidak semestinya.
“Kami tidak melarang orang mencari nafkah, tapi tetap harus tertib. Trotoar bukan untuk berdagang. Kami sudah beri teguran agar mereka cari lokasi yang lebih aman dan sesuai aturan,” kata Kepala Satpol PP, Anis, baru-baru ini saat melakukan penertiban.
Di sisi lain, sebagian warga justru mendukung kehadiran pedagang kopi sepeda karena dianggap unik dan terjangkau.
“Mereka kreatif, dan kopi yang dijual juga enak. Sayang kalau harus dilarang, harapannya pemerintah bisa menyediakan solusi untuk para pedagang jika memang lokasi berjualan tersebut dilarang,” ujar Dayang, salah satu pelanggan yang ditemui dilokasi berbeda.
Pemerintah Kota Samarinda diharapkan bisa mencari solusi yang adil bagi pedagang kecil seperti ini, misalnya dengan menyediakan zona khusus UMKM atau kantong dagang kaki lima yang ramah sepeda. Langkah ini bisa jadi jalan tengah antara penertiban dan pemberdayaan.
Sementara itu, para pedagang berharap mereka diberi ruang legal agar bisa tetap mencari nafkah tanpa khawatir digusur. “Kami siap tertib, asal ada tempat. Jangan langsung disuruh bubar, harus ada solusi juga,” tutup Wahyu. (Bey)




