KAREBAKALTIM.com – Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Bontang terus mengampanyekan slogan ‘Kenyang Tidak Harus Nasi’ kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan guna mempromosikan penganekaragaman pangan yang bergizi dan aman.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan DKP3 Bontang Debora Kristiani mengatakan hal tersebut adalah salah satu promosi agar masyarakat dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizinya dengan memanfaatkan pangan sumber daya lokal.
“Banyak pilihan pangan seimbang karbohidrat selain nasi. Seperti umbi-umbian, jagung, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Kendati demikan, dalam progresnya kampanye tersebut tidaklah berjalan mulus. Sebab menu nasi sudah menjadi budaya bagi sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini dipicu oleh persepsi yang berlaku umum di masyarakat, yaitu ‘belum makan kalau belum makan nasi’. Sehingga, perlu upaya sungguh-sungguh untuk menyukseskan program tersebut.
Selain itu kata dia, saat ini kenyataannya konsumsi umbi-umbian di masyarakat masih sangat rendah. Terlebih sebagai salah satu sumber pangan karbohidrat non-beras. Disamping itu sebagian masyarakat beranggapan kalau mengkonsumsi umbi-umbian, jagung atau sagu dianggap inferior atau makanan orang miskin.
“Padahal tidak demikian, karena sumbangan energi yang dihasilkan oleh kelompok umbi-umbian tersebut setara dengan energi yang dihasilkan oleh nasi. Sebagai perbandingan kalori 100 gram nasi setara dengan 100 gram singkong atau 50 gram jagung atau 200 gram kentang atau 50 gram sagu atau 150 gram ubi,” jelasnya.
Lebih jauh, ia berharap kampanye ‘Kenyang Tidak Harus Nasi’ tersebut tidak hanya menjadi slogan semata. Melainkan dapat betul-betul diterapkan sehari-hari oleh masyarakat.
“Untuk itu kita juga perlu dukungan seluruh pihak dan instansi terkait,” ungkapnya. (*)
Reporter : Tomy Gutama
