KAREBAKALTIM.COM, Samarinda – Sejumlah pengguna bahan bakar Pertamax belakangan ini mengeluhkan penurunan performa kendaraan mereka. Beberapa di antaranya melaporkan mesin mati mendadak serta tarikan kendaraan yang terasa lebih berat setelah menggunakan BBM beroktan 92 tersebut. Anehnya, keluhan ini justru lebih banyak datang dari pengguna Pertamax dibandingkan Pertalite.
Menanggapi fenomena ini, Bagus Muliawan, seorang ahli kimia yang juga Direktur laboratorium lingkungan di Samarinda, memberikan penjelasannya.
Menurutnya, masalah ini tidak semata-mata terkait dengan angka oktan atau Research Octane Number (RON) dari bahan bakar.
“RON itu hanya mempengaruhi rasio kompresi kendaraan. Kalau perbedaannya hanya antara 90 dan 92, seharusnya tidak berdampak signifikan pada performa mesin,” jelas Bagus, Selasa (1/4/2025)
Ia menegaskan bahwa faktor utama yang berpotensi menyebabkan masalah pada kendaraan justru adalah kebersihan bahan bakar itu sendiri.
“Meski nilai oktannya tinggi, jika bahan bakar mengandung kotoran atau tercampur dengan udara, bisa berdampak buruk pada mesin. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian,” lanjutnya.
Bagus juga mengungkapkan bahwa beberapa pengguna Pertamax yang menguras tangki kendaraannya setelah satu tahun pemakaian menemukan endapan kotoran yang cukup banyak.
Hal ini pun ramai diperbincangkan di media sosial, dengan banyak video yang menunjukkan kondisi tangki setelah penggunaan BBM ini dalam jangka waktu tertentu.
“Banyak influencer otomotif yang sudah mengulas ini. Ada yang membandingkan tangki setelah setahun menggunakan Pertamax, dan memang ditemukan endapan cukup signifikan,” ungkapnya.
Meski begitu, Bagus tidak serta-merta menyalahkan Pertamax sebagai penyebab tunggal. Ia menilai ada kemungkinan faktor lain, seperti kondisi distribusi bahan bakar di berbagai daerah atau penyimpanan di SPBU, yang turut mempengaruhi kualitas BBM sebelum sampai ke konsumen.(Bey)