KAREBAKALTIM.com, Samarinda – Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda membangun insinerator di setiap kecamatan untuk mengatasi masalah sampah mendapat tanggapan dari Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda, Deni Hakim Anwar.
Menurut Deni, ide tersebut sejalan dengan surat edaran Kementerian yang memperbolehkan penggunaan teknologi termal skala kecil untuk mengolah sampah. Namun, ia menekankan agar Pemkot tidak terburu-buru sebelum memastikan keamanan teknologi tersebut.
“Pemkot sudah merencanakan penggunaan insinerator, bahkan salah satunya tipe Wisanggeni versi 6. Tapi kami ingin memastikan dulu apakah benar tidak menimbulkan polusi. Informasinya cerobong asap langsung dialirkan ke IPAL, tapi itu harus dibuktikan di lapangan,” ungkap Deni, baru-baru ini.
Ia mengingatkan, permasalahan sampah di Samarinda sudah sangat mendesak. Produksi sampah harian terus meningkat dan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hingga membentuk gunungan sampah setinggi puluhan meter.
“Kalau dibiarkan, kondisi TPA bisa makin berbahaya. Gunungan sampah itu ada risikonya, bisa longsor, apalagi volumenya luar biasa besar. Jadi solusi cepat memang dibutuhkan,” tegasnya.
Meski demikian, Deni menegaskan DPRD akan mengawal kebijakan ini agar tidak menimbulkan masalah baru. Salah satunya terkait pengelolaan limbah insinerator berupa fly ash atau abu sisa pembakaran.
“Fly ash ini harus jelas penanganannya. Katanya bisa diolah jadi batako, tapi kami belum lihat langsung. Jadi kami minta pendampingan dari dinas teknis supaya betul-betul aman,” jelasnya.
Selain insinerator, Deni juga menyoroti rencana pembangunan enam zona sanitary landfill di TPS baru. Ia berharap metode tersebut dapat menekan risiko gunungan sampah.
“Kalau kapasitas lahan 4 hektare bisa tampung sekitar 200 ribu ton, harus dihitung betul agar tetap landai. Jangan sampai menggunung lagi,” pungkasnya. (Bey)
