KAREBAKALTIM.COM, Samarinda – Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Muhammad Samsun, meminta Pertamina untuk tidak sekadar memberikan klarifikasi atas maraknya kasus kendaraan mogok setelah mengisi BBM di sejumlah SPBU, namun melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem distribusi dan kualitas bahan bakar mereka.
Kasus motor mogok massal di Kaltim menjadi perhatian luas masyarakat dalam beberapa pekan terakhir. Meski belum ada kesimpulan resmi, dugaan sementara mengarah pada kualitas BBM yang didistribusikan SPBU Pertamina.
Sidak Gubernur Kaltim, Rudi Mas’ud, ke salah satu SPBU di Samarinda pada Sabtu (5/4/2025) juga belum menghasilkan temuan signifikan. Namun, menurut Samsun, hal tersebut tidak cukup untuk meredam keresahan warga.
“Ini bukan soal kendaraan rusak karena usia. Banyak motor baru juga yang mogok. Kalau mereka semua beli BBM dari SPBU Pertamina, ya tentu harus ada pertanggungjawaban,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (7/4/2025) kemarin.
Samsun yang merupakan politisi PDIP itu menekankan bahwa klarifikasi Pertamina sejauh ini justru tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di masyarakat.
Ia menyebut telah menerima banyak laporan dari warga yang mengalami kerusakan kendaraan usai mengisi BBM, dan kejadian itu bukan hanya terjadi sekali dua kali.
“Kalau jumlahnya sudah ratusan, dan dari berbagai jenis kendaraan, apa masih bisa dianggap kebetulan? Ini bukan hal sepele,” katanya.
Lebih jauh, Samsun menuntut agar Pertamina bertindak proaktif dengan menelusuri seluruh mata rantai distribusi BBM mereka. Jika terbukti BBM bermasalah, maka kerusakan yang dialami masyarakat harus dipulihkan.
“Bukan hanya klarifikasi di media. Harus ada tindakan nyata. Cek semua proses, mulai dari kilang hingga sampai ke SPBU. Kalau memang BBM jadi penyebab kerusakan, maka wajib hukumnya membantu perbaikan motor warga,” tegasnya.
Ia juga menyoroti dampak sosial dan ekonomi dari kejadian ini. Bagi warga yang menggantungkan pendapatan harian dari kendaraan, seperti ojek online, mogoknya kendaraan berarti hilangnya sumber nafkah.
“Ini bukan sekadar soal mesin mogok. Ini soal perut masyarakat. Ada yang tidak bisa bekerja karena motornya rusak. Artinya mereka tidak bisa makan,” ungkapnya.
Samsun berharap, Pertamina segera mengambil langkah konkrit dan tidak hanya berlindung di balik pernyataan formal.
“Jangan cuma pasang badan dan klarifikasi. Evaluasi internal itu kunci. Cari tahu di mana letak masalahnya, dan selesaikan dengan serius,” tutupnya.(Bey)