KAREBAKALTIM.com, Bontang – Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Namun ancaman itu sebenarnya bisa ditekan.
Hal tersebut disampaikan dr. Suhardi, Sp.JP, dokter spesialis jantung yang juga Direktur RSUD Taman Husada Bontang. Ia menegaskan bahwa penyakit jantung bukan muncul secara tiba-tiba, tetapi merupakan dampak dari berbagai gangguan kesehatan yang diabaikan.
“Sebenarnya penyakit jantung itu lebih ke arah akibat. Akibat dari penyakit lain,” ujarnya, Rabu (12/11/2023).
dr. Suhardi menjelaskan, beberapa kondisi medis menjadi pencetus utama yang diam-diam merusak fungsi jantung. Tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tidak terkontrol, kebiasaan merokok, serta kegemukan disebut sebagai faktor pemicu yang paling sering ditemui pada pasien.
Salah satu pemicu paling dominan adalah hipertensi. Menurutnya, darah tinggi bisa muncul akibat pola hidup yang tidak sehat, konsumsi makanan tinggi garam dan lemak, hingga pengaruh genetik. Jika dibiarkan, kondisi ini memperberat kerja jantung dan memicu kerusakan pembuluh darah.
“Darah tinggi itu pencetusnya banyak. Pola hidup yang kurang baik, makanan yang tidak bagus, bisa mencetuskan hipertensi,” katanya.
Untuk mencegah kondisi berkembang menjadi penyakit jantung, dr. Suhardi meminta masyarakat mulai lebih peduli terhadap kebiasaan sehari-hari. Pencegahan, katanya, jauh lebih mudah dan murah dibandingkan pengobatan.
Ia mengimbau masyarakat untuk menjaga pola makan, rutin bergerak, menghentikan kebiasaan merokok, serta memantau tekanan darah, gula, dan kolesterol secara berkala. Meski terdengar sederhana, langkah itu terbukti efektif menurunkan risiko gangguan jantung.
“Yang terpenting adalah mengantisipasi faktor-faktor pencetus itu, supaya tidak berkembang menjadi penyakit jantung,” tegasnya.
Dengan perubahan gaya hidup yang konsisten, dr. Suhardi meyakini masyarakat dapat menekan risiko penyakit jantung dan menikmati hidup lebih sehat serta produktif.




