KAREBAKALTIM.com, SANGATTA – Dinas lingkungan Hidup (DLH) dan TFCA (Tropical Forest Conservation Action) Kalimantan telah bekerjasama dan memasuki tahun ketiga memiliki beberapa output program di kawasan Lahan Basah Mesangat Suwi (LBMS).
Kawasa ini merupakan habitat Buaya Badas Hitam (Crocodylus Siamensis) dan Bekantan (Nasalis Larvatus), tak hanya itu kawasan ini juga merupakan sumber perikanan air tawar bagi masyarakat.
Kepala DLH Armin Nazar menyebutkan, Senin (21/8/2023), kawasan Mesangat dan Suwi mendapatkan perhatian serius, terbukti dengan dilakukannya survei, penelitian, kajian-kajian vegetasi, hidrologi, sosial ekonomi. Yang bahkan melibatkan mahasiswa dan dosen dari Universitas Mulawarman dan Stiper Sangatta, hingga para ahli dan pakar.
“Bahkan untuk lebih terintegrasi sedang dilakukan analisa permodelan sosio-ekologi guna memahami keterhubungan, dimana untuk menggantikan rencana aksi tahun 2019-2023 yang telah habis masa berlakunya maka dilakukan penyunan rencana aksi pengelolaan kawasan LBMS 2024-2028,” terang Armin dihadapan peserta rakor.
Pengelolaan LBMS yang melibatkan YASIWA (Yayasan Konservasi Khatulistiwa Indonesia) – Yayasan Ulin tersebut, bahkan telah mendapatkan penghargaan Kalpataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tak hanya itu dari assessment PT Sawit Sukses Sejahtera, maka ditambahkan 595 hektar lahannya menjadi ekosistem penting. Sehingga total lahan bertambah dari 13.570 hektar menjadi 14.165 hektar.
“Berdasarkan luasan baru tersebut maka lantas dituangkan dalam draf Surat Keputusan (SK) Bupati Kutim tentang penetapan kawasan ekosistem LBMS, serta SK Pembentukan Forum Pengawasan Kawasan Ekosistem Penting Lahan Basah Mesangat Suwi,” tutup Armin. (ADV)




