KAREBAKALTIM.com – Angka stunting di Kota Bontang mengalami penurunan. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang menunjukkan, pada 2017 stunting mencapai 34 persen dan terus turun pada 2021 di angka 19,65 persen.
Dengan kata lain, angka penurunan stunting di Kota Taman membaik hingga 14,35 persen dalam kurun lima tahun terakhir.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Bontang, Jamila Suyuthi, menuturkan angka 19,65 persen sudah di bawah standar prevelansi kesmas (kesehatan masyarakat) yaitu 20 persen.
“Secara indikator mengalami penurunan,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (4/2/2021).
Sejauh ini, Dinkes Bontang telah mencanangkan dua program sebagai langkah pencegahan dan menekan pertumbuhan stunting, ia menambahkan. Pertama, intervensi spesifik dilakukan pada upaya kesehatan masyarakat. Sementara intervensi sensitif lebih fokus terhadap sanitasi. Di antaranya air bersih serta penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Jamila menekankan masih banyak tugas yang harus dilakukan bersama stakeholder terkait. Pasalnya, Presiden Joko Widodo menargetkan setiap kabupaten/kota angka stunting maksimal di kisaran 14 persen pada 2024 mendatang.
“Jadi ada aspek pelibatan masyarakat melalui posyandu, tata laksana program. Kemudian menumbuh kembangkan pelibatan stakeholder terkait serta CSR,” sebutnya.
Sehingga, pihaknya mengimbau kepada masyarakat Kota Bontang khususnya ibu hamil selalu memantau tumbuh kembang bayi di fasilitas kesehatan. Karena di sana target 1.000 hari kehidupan pertama wajib dipantau. Mulai dari hamil hingga anak berusia 2 tahun.
Ia juga mengatakan tingginya kasus stunting pada anak disebabkan oleh 2 faktor, yakni pola asuh dan pola makan yang tidak baik.
?Karena asupan gizinya kurang sehingga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tapi kita optimis dapat mencegah itu,? tuturnya. (*)
Reporter : Mirah Hayati
Editor: Qadlie Fachruddin