KAREBAKALTIM.com, Bontang — Ketua DPRD Kota Bontang, Andi Faizal Sofyan Hasdam, mendesak Pemkot Bontang cari solusi konkret atas masalah pelecehan.
“Harus ada solusi nyata soal ini,” ucap Andi Faiz, sapaan akrabnya, belum lama ini.
Desakan itu mencuat usai mendengar ada 33 kasus pelecehan terhadap perempuan dan anak di Kota Bontang sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Setidaknya itu yang telah ditangani Polres Bontang. Dari data tersebut, persetubuhan menempati posisi paling tinggi. Sebanyak 16 kasus.
Kemudian ada pencabulan 6 kasus. Lalu kekerasan terhadap anak 5 kasus. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ada 4 kasus dan juga perzinahan serta penganiayaan masing-masing 1 kasus.
Belum lagi, menurut Andi Faiz, Kota Bontang sebagai Kota Ramah Anak, dan Kota Layak Anak. Tentu saja ini adalah tanggung jawab yang harus benar-benar diseriusi.
“Tentu ini jadi pekerjaan pemerintah. Apalagi Kota Bontang sebagai kota ramah anak,” jelasnya.
Kepada organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, Andi Faiz meminta untuk lebih maksimal menggalakkan sosialisasi atas persoalan ini.
“Harus lebih jeli juga melihat indikasi kasus kekerasan kepada anak dan perempuan ini,” pintanya .
Utamanya, sambung dia, jika ada indikasi, maka pemerintah segera melakukan intervensi. Paling tidak ada pendampingan bagi korban.
Sementara itu, Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni meminta harus ada penegakan hukum. Kalau tidak disanksi berat, bisa jadi korban semakin banyak.
“Harus ada penegakan hukum. Beri hukuman seberat-beratnya pada pelaku. Nggak bisa dibiarkan seperti itu. Itu merusak masa depan anak,” ucap Neni kepada awak media usai hadiri acara di Auditorium 3 Dimensi, Senin 28 Juli 2025, lalu.
Selain hukuman berat kepada pelaku, Neni meminta semua masyarakat sama-sama belajar mengajar. Mengedukasi.
Bahkan, Neni menilai potensi atau celah terbukanya pikiran-pikiran tidak baik dan akhirnya melakukan persetubuhan, ada kaitannya dengan kemiskinan.
Dia mencontohkan orang-orang yang hidup di ruangan sempit. Atau rumah yang sempit. Mereka bisa saling bersentuhan dan melihat hal-hal yang mengundang birahi. Apalagi jika di ruangan itu ada ayah tiri.
“Biasanya kan, mohon maaf ya, kemiskinan identik dengan kekufuran. Ruangan sempit, satu kamar dipake rame-rame dan ada yang lain tergiur,” ucapnya.
“Jadi itu salah satu penyebabnya ya. Di ruangan yang sempit, tidur bersama, lihat paha dan sebagainya lah. Ada ayah tiri dengan anak tirinya di situ,” sambung dia.
Solusinya, masih kata Neni, pemerintah akan me-launching Rumah Tidak Layak Huni. Katanya hari ini sudah di-launching sebanyak 50 Rumah.
Tidak kalah penting, sambung Neni, adalah peningkatan spiritualitasnya. Katanya upaya ini berkaitan dengan menaikkan insentif kepada pegiat agama. “Nah sebenarnya di balik itu ada pembangunan kecerdasan spiritual masyarakat,” tukasnya.
Lebih jauh Neni mengungkapkan penyebab yang paling signifikan adalah kemajuan teknologi dan arus informasi. Di mana setiap orang dapat mengakses apapun.
“Nah itu dia kemajuan teknologi. Ini tantangan bagi kita ya. Tergantung kita mau pake apa ni untuk kebaikan-kebaikan,” ucapnya. (Adv)




