KAREBAKALTIM.COM, Samarinda – Ketahanan pangan di Kota Samarinda membutuhkan kolaborasi erat antara akademisi, pemerintah, dan generasi muda. Prof. Aswin, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (Unmul), menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam mentransfer hasil riset ke petani agar mereka dapat meningkatkan produksi dan efisiensi usaha tani.
“Hasil penelitian di kampus, seperti teknologi benih unggul dan efisiensi biaya produksi, harus diterapkan langsung di lapangan. Selama ini banyak petani bekerja tanpa memahami aspek ekonomi, sehingga keuntungan mereka tidak maksimal,” ujar Prof. Aswin, Senin (3/3/2025).
Menurutnya, Fakultas Pertanian Unmul telah mengembangkan berbagai inovasi, mulai dari analisis jarak tanam optimal hingga metode pengelolaan usaha tani berbasis data. Sayangnya, regenerasi petani masih menjadi kendala serius.
“Mayoritas petani berusia lanjut, sementara anak muda enggan terjun ke sektor pertanian. Ditambah lagi, biaya tenaga kerja yang tinggi di Samarinda membuat banyak petani kesulitan mempertahankan usaha mereka,” jelasnya.
Untuk menarik minat generasi muda, Prof. Aswin mendorong konsep pertanian modern berbasis teknologi, seperti hidroponik dan mekanisasi. Ia mengusulkan agar pemerintah membuka lahan tidur seluas 5.000 hektare dan menjadikannya sebagai proyek percontohan bagi petani muda.
“Pemerintah harus memfasilitasi lahan dan teknologi agar generasi muda tertarik mengelola pertanian secara profesional,” tambahnya.
Selain itu, Prof. Aswin menekankan pentingnya kebijakan makro yang mendukung sektor pertanian, seperti subsidi benih dan pupuk, penetapan harga dasar gabah di angka Rp6.500 per kilogram, serta insentif pajak bagi pengelola lahan tidur.
“Saat ini belum ada aturan yang mewajibkan petani menyerahkan hasil panen ke pemerintah. Padahal, jika dikelola melalui perusahaan daerah, stabilitas harga bisa lebih terjamin,” tegasnya.
Ia juga menyoroti potensi lonjakan kebutuhan pangan akibat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Jika kita tidak menyiapkan petani lokal dari sekarang, Samarinda akan semakin bergantung pada pasokan luar. Pemerintah, akademisi, dan sektor swasta harus bersinergi agar pertanian kita siap menghadapi tantangan ke depan,” pungkasnya.
Dengan pendekatan berbasis riset, dukungan regulasi yang tepat, serta keterlibatan generasi muda, Prof. Aswin optimistis ketahanan pangan Samarinda dapat terwujud secara berkelanjutan. (Bey)




