25.9 C
Bontang
Sabtu, Juli 27, 2024
spot_img

Galau Penjual Gorengan Bontang Saat Minyak Goreng Mahal, Harga Naik Pelanggan Ngacir

KAREBAKALTIM.com ? Bukan hanya ibu rumah tangga, kenaikan harga minyak goreng juga dikeluhkan pedangan makanan karena perannya sebagai kebutuhan pokok usaha.

Kenaikannya tak hanya terjadi pada minyak goreng kemasan, namun juga terjadi pada minyak goreng curah yang biasa dijual dalam kemasan plastik bening di pasaran.

Khoiruddin, penjual gorengan di bilangan Jalan HM Ardans, Bontang, mengaku kenaikan harga minyak goreng membuat omsetnya turun drastis.

Ditemui di lapaknya, Selasa 22 Februari 2020, ia menceritakan jika kenaikan harga bahan baku bukan hal baru yang ia rasakan sejak memulai usaha sebagai pedagang gorengan sekira 8 bulan lalu. Contohnya kacang kedelai, yang memang sudah sering mengalami kenaikan.

Namun kenaikan harga kedelai menurutnya masih bisa ia akali dengan cara lain. Misalnya dengan membatasi produksi gorengan berbahan baku kedelai seperti tahu dan tempe.

Masalah bertambah ketika harga minyak goreng ikut naik. Sementara untuk membuat gorengan, minyak jadi komponen utama yang dibutuhkan.

?Bagaimana tidak pusing kata dia, kenaikan harga minyak itu berdampak langsung pada turunnya omzet penjualan. Bahkan pendapatnya berkurang hingga dua kali lipat,? keluh Khoiruddin.

“Pas harga minyak normal biasa bawa pulang untung sekira Rp200.000. Sekarang pas sudah naik bawa pulang Rp100.000 saja sudah susah,” tambahnya.

Meski ia mengetahui pemerintah telah menyediakan minyak murah, namun ia mengaku tak pernah kebagian jatah minyak goreng murah tersebut. Stok atau persedian sudah habis terbagi kerap ia temui di lapangan.

Di tengah naiknya bahan baku untuk berjualan gorengan, menaikkan harga tidak masuk dalam keputusan yang ada di kepalanya. Bukan tidak ingin atau tidak mau, tapi ia ragu. Takut kehilangan pembeli alasannya.

Khoiruddin sadar benar usaha yang dirintisnya ini masih terbilang baru. Sehingga konsumen masih mudah berpindah hati sesuka hati.

“Biarlah begini saja dulu, jangankan buat dapat untung, kita bertahan aja dengan kondisi seperti ini sudah alhamdulillah,” paparnya.

Kendati demikian, Khoiruddin tak patah arang. Berpangku tangan bukanlah kebiasaannya. Melihat hasil jualan yang sangat mepet, ia memilih mencari pekerjaan lain pada malam harinya. Agar tetap dapat mencukupi kebutuhan harian keluarganya.

“Ya kalau mengharap dari jualan gorengan saat ini ya tidak cukup mas. Belum buat bayar sewa lapak lagi,” ujarnya.

Sambil menggoreng pisang, ia menyisipkan sedikit harapan. Agar kedepan pemerintah dapat segera memberikan kepastian terhadap kenaikan harga minyak seperti saat sekarang. Terlebih bagi pedagang kecil yang tidak punya kesempatan untuk bertaruh.

“Kita harap kondisi seperti ini segera lewat ya mas, semoga harga-harga dapat kembali normal lagi,” pungkasnya.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sebenarnya sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp 11.000 liter.

Namun fakta di lapangan, harga minyak goreng sudah jauh melebihi HET. Di beberapa pasar, harga minyak goreng sudah berada di atas Rp 18.000 per liter. (*)

 

Reporter: Tomy Gutama
Editor: Qadlie Fachrhruddin

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
21,900PelangganBerlangganan