KAREBAKALTIM.com – Goweser Bontang tiba-tiba terjatuh saat mengayuh sepedanya, di Jl WR Supratman, Kelurahan Berbas Tengah, Jumat (2/10/2020), hingga dinyatakan meninggal dunia.
Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Taman Husada Bontang, dr. Suhardi, Sp.Jp, menyebutkan, ada banyak macam jenis olah raga. Termasuk trend gowes saat ini.
“Kegiatan ini sangat diminati oleh kebanyakan orang, dari berbagai lapisan masyarakat nampak antusias bergowes ria,” tuturnya pada reporter Karebakaltim.com, Minggu (4/10/2020).
Akan tetapi, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh penggemar gowes agar tetap aman dan sehat.
“Tidak boleh memaksakan diri, artinya setiap olah raga itu ada rambu-rambu dalam tubuh yang harus diperhatikan, semisal detak jantung,” ujarnya.
Detak jantung tidak boleh melebihi target yang ditentukan saat beraktifitas. Sebab, apabila detak jantung melebihi daripada yang seharusnya maka jantung akan bekerja berat.
Pada kondisi-kondisi tertentu, hal ini akan memicu terbentuknya oxidative stress yang berakibat fatal. Salah satunya bisa terjadi proses aterosclerosis atau pembuntuan pembuluh darah jantung.
“Melihat kondisi tubuh yang saya maksud adalah sebelum gowes harus bisa mengukur kondisi tubuh. Lagi fit atau tidak. Kalau tidak fit, diusahakan intensitas ringan. Rute yang ditempuh juga diperhatikan. Untuk usia lanjut sebaiknya mengambil jalur yang datar, on road,” terangnya.
“Ambil jalur yang tidak banyak kendaraan bermotor. Karena banyaknya zat karbon yang dikeluarkan kendaraan bermotor tidak menyehatkan tubuh,” lanjutnya.
Terlebih di era pandemi ini untuk goweser dianjurkan tetap memakai masker bagi yang melakukan kegiatan dengan intensitas ringan. Tapi bagi yang intensitas sedang dan berat bisa melepas masker.
Kendati begitu, dr. Suhardi mengimbau agar tetap jaga jarak. Karena disaat aktifitas berat dibutuhkan proses respirasi yang baik, sehingga tidak terjadi hipoksia.
“Selamat gowes, jaga selalu kesehatan,” tutup dr. Suhardi.
Ketua Komunitas Goweser GoThik LadiesBikeComunity Bontang, Eno menjelaskan hal serupa, dirinya mengatakan sebelum melakukan aktifitas bersepeda terlebih dahulu ia mengecek denyut nadi, melakukan pemanasan, persiapan-persiapan sesuai rute dan jarak tempuh yang akan dilalui.
Sedangkan setelah gowes melakukan peregangan dan melepas aksesoris-aksesioris perlengkapan sepeda. Seperti helm, kacamata, sarung tangan. Aga badan lebih rileks.
“Kalau menurut kakak,
Bagi goweser yang sudah mulai masuk usia lanjut maupun yang mendekati, harus benar-benar bisa menakar kemampuan diri dan bisa mengukur jarak tempuh ringan juga beratnya rute yang ditempuh agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” pesannya. (*)
Reporter : Mirah Hayati
Editor : Siti Nurkhasanah