26.3 C
Bontang
Jumat, Oktober 4, 2024
spot_img

Berpijak di Atas Cahaya

Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpalan ke atas kamu pedihnya sebuah harapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap kepada selain dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu berharap hanya kepada-Nya. (Imam Syafi’i)

*****

Part 1.1

Taman Kota – Angin malam berhembus perlahan, menggoyangkan dedaunan di ranting-ranting pohon. Satu dua jatuh untuk kemudian terbang rendah, menyapu tipis debu-debu jalanan. Suara kendaraan yang lalu lalang masih sering terdengar, suara-suara manusia yang bercakap-calap, letusan kembang api, dan anak-anak yang berlarian riang menambah ramai suasana malam diakhir pekan ini.

Berbeda dengan dua anak manusia yang duduk kaku di salah satu kursi taman. Sudah satu jam lebih mereka diselimuti kebisuan. Tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

“Jadi bagaimana? kamu terima pinangan laki-laki itu?,” Ayyas Alfarizy, lelaki bertubuh jangkung itu memberanikan diri membuka percakapan. Langsung pada pokok permasalahan, malam ini ia enggan untuk berbasa-basi.

Hening tak ada jawaban, gadis di sampingnya hanya bisa menunduk dalam menyadari dirinya tak mampu menjawab, perlahan isaknya terdengar.

Ayyas tertegun mendapati gadisnya menangis. Ingin ia rengkuh gadis di sampingnya itu, mengulang moment 3 tahun silam saat ia menyatakan cinta pada gadisnya, Yasha Almira. Sungguh ia rindu pada masa itu, masa-masa dimana ia dengan bebas menggenggam jemari Yasha. Ditamab ini pula ia menyatakan contanya yang berhasil mendapatkan anggukan malu-malu dari gadisnya. Ia bernafas lega melihat jawaban itu. Dengan senyum bahagia ia menarik gadisnya dalam rengkuhnya.

Namun setahun kemudian gadisnya berubah, Yasha sempat menghindar dari Ayyas, yang Ayyas tahu gadisnya itu memperdalam ilmu agama. Sejak saat itu Yasha membatasi dirinya, melarang Ayyas untuk menyentuhnya. “Bukan mahram,” kata Yasha suatu ketika. Bahkan panggilan teleponnya pun sering Yasha abaikan. Namun Ayyas bukan tipe lelaki yang mudah menyerah, ia mencintai gadisnya, tak mau melepasnya begitu saja. Ia berusaha kuat mempertahankan Yasha.

“Sya…,” Ayyas memandang lekat gadisnya.

“Maaf,” ucap Yasha lirih dalam isaknya. Tangannya memegang erat ujung kerudugnya, berusaha menetralisir emosinya. Keputusan Yasha sudah bulat untuk mengakhiri hubungannya dengan Ayyas.

Kata maaf dari Yasha cukup membuat Ayyas mengerti bahwa kini gadisnya benar-benar sudah menjadi calon istri lelaki lain.

Mata Ayyas berkaca-kaca. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia merasa segala pengorbanannya selama ini sia-sia. Sejak Yasha meminta putus dua tahun lalu, ia tak berhenti berusaha untuk mendapatkan kembali cintanya, dengan modal sekuntum janji akan menikahi gadisnya secepatnya.

BERSAMBUNG…

Oleh : Erlinferlia

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,000PelangganBerlangganan