23.6 C
Bontang
Senin, Juni 23, 2025
spot_img

BBM Diduga Bermasalah, Pengamat: Bisa Ganggu Roda Ekonomi Warga

KAREBAKALTIM.COM, Samarinda – Keluhan warga terkait kerusakan kendaraan akibat bahan bakar minyak (BBM) dari sejumlah SPBU di Kalimantan Timur (Kaltim) semakin meluas. Fenomena ini tak hanya mengganggu aktivitas harian, tetapi juga berpotensi menghambat roda ekonomi masyarakat.

Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman (UNMUL), Purwadi Purwoharsojo, menilai persoalan ini tak bisa dianggap remeh. Ia meminta Pertamina bertanggung jawab penuh dan segera mengambil langkah korektif.

“Menurut saya ini tidak bisa disepelekan, dan Pertamina juga tidak boleh semena-mena dengan publik, hanya karena di Kaltim tidak ada kompetitornya,” kata Purwadi, Jumat (11/4/2025).

Keluhan masyarakat terkait BBM mulai bermunculan sebelum Lebaran Idulfitri 1446 H dan semakin meluas usai perayaan. Bengkel-bengkel di berbagai kota di Kaltim dilaporkan penuh oleh kendaraan roda dua dan empat yang mengalami mogok mendadak usai mengisi BBM.

Purwadi menyoroti dampak langsung yang dialami pelaku ekonomi kecil seperti pengemudi ojek online dan pekerja lapangan, yang kehilangan pendapatan karena kendaraan mereka tak bisa digunakan.

“Setelah Lebaran itu biasanya permintaan tinggi. Tapi karena kejadian ini, banyak ojek online yang khawatir menggunakan motor mereka,” ujarnya.

Purwadi menyebut BBM sebagai komoditas strategis, setara dengan air dan listrik. Maka dari itu, menurutnya, distribusi BBM harus diawasi secara ketat dan terbuka.

“BBM itu tidak boleh digampangkan. Kalau distribusinya bermasalah, efek dominonya bisa ke mana-mana, mulai dari transportasi, distribusi logistik, hingga konsumsi rumah tangga,” tegasnya.

Ia mendorong Pertamina untuk segera menerapkan sistem digitalisasi dalam pendistribusian BBM, agar transparansi bisa dijaga dan kepercayaan masyarakat tetap terbangun.

Di akhir pernyataannya, Purwadi mengingatkan bahwa jika masalah ini tak kunjung tuntas, maka dampaknya bisa sangat merugikan publik.

“Harusnya uang warga bisa dipakai untuk belanja kebutuhan pokok, tapi malah habis untuk perbaikan kendaraan. Ini jelas memberatkan,” pungkasnya.(Bey)

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,400PelangganBerlangganan