29.2 C
Bontang
Kamis, Juli 31, 2025
spot_img

Wali Kota Bontang Tanggapi Puluhan Kasus Pelecehan Perempuan dan Anak

KAREBAKALTIM.com, Bontang — Sebanyak 33 kasus pelecehan terhadap perempuan dan anak di Kota Bontang sepanjang Januari hingga Juli 2025. Data itu setidaknya yang telah ditangani Polres Bontang.

Dari data tersebut, persetubuhan menempati posisi paling tinggi. Sebanyak 16 kasus. Pencabulan juga ada 6 kasus. Kemudian kekerasan terhadap anak 5 kasus.

Kemudian 4 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Ada juga perzinahan dan penganiayaan masing-masing 1 kasus.

Menanggapi itu, Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni meminta harus ada penegakan hukum. Kalau tidak disanksi berat, bisa jadi korban semakin banyak.

“Harus ada penegakan hukum. Beri hukuman seberat-beratnya pada pelaku. Nggak bisa dibiarkan seperti itu. Itu merusak masa depan anak,” ucap Neni kepada awak media usia hadiri acara di Auditorium 3 Dimensi, Senin 28 Juli 2025, malam.

Selain hukuman berat kepada pelaku, Neni meminta semua masyarakat sama-sama belajar mengajar. Mengedukasi.

Bahkan, Neni menilai bahwa potensi atau celah terbukanya pikiran-pikiran tidak baik dan akhirnya melakukan persetubuhan, ada kaitannya dengan kemiskinan.

Dia mencontohkan orang-orang yang hidup di ruangan sempit. Atau rumah yang sempit. Mereka bisa saling bersentuhan dan melihat hal-hal yang mengundang birahi. Apalagi jika di ruangan itu ada ayah tiri.

“Biasanya kan, mohon maaf ya, kemiskinan identik dengan kekufuran. Ruangan sempit, satu kamar dipake rame-rame dan ada yang lain tergiur,” ucapnya.

“Jadi itu salah satu penyebabnya ya. Di ruangan yang sempit, tidur bersama, lihat paha dan sebagainya lah. Ada ayah tiri dengan anak tirinya di situ,” sambung dia.

Solusinya, masih kata Neni, pemerintah akan me-launching Rumah Hidayah Layak Huni. Katanya hari ini sudah di-launching sebanyak 50
Rumah.

Tidak kalah penting, sambung Neni, adalah peningkatan spiritualitasnya. Katanya upaya ini berkaitan dengan menaikkan insentif kepada pegiat agama.

“Nah sebenarnya di balik itu ada pembangunan kecerdasan spiritual masyarakat,” tukasnya.

Lebih jauh Neni mengungkapkan penyebab yang paling signifikan adalah kemajuan teknologi dan arus informasi. Di mana setiap orang dapat mengakses apapun.

“Nah itu dia kemajuan teknologi. Ini tantangan bagi kita ya. Tergantung kita mau pake apa ni untuk kebaikan-kebaikan,” ucapnya.

Jika ini tidak diberikan batasan, utamanya terhadap anak-anak, maka generasi akan lebih sulit berkembang. Termasuk juga kepada orang tua, bagaimana caranya supaya mereka mendidik anak-anaknya.

“Jadi harus ada edukasi. Gerakan Keluarga Sakinah harus kita lakukan. Kemudian pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana,” kata Neni.

“Kita udah buat SOP-nya supaya bisa meminimalisir kekerasan dalam rumah. Jadi memang berat buat kita, tapi kita harus selesaikan,” tutupnya. (Adv)

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,500PelangganBerlangganan