28.9 C
Bontang
Minggu, Desember 22, 2024
spot_img

Regenerasi Petani dan Upaya Menjaga Ketahanan Pangan di Bontang

KAREBAKALTIM.com – Mencetak generasi petani baru merupakan tantangan global tak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara agraris, kehadiran tenaga terampil seperti petani merupakan syarat mutlak dalam keberlanjutan pertanian dan pangan.

Lantas bagaimana di Kota Bontang? Kepala Sub Koordinator Keamanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Bontang, Fahrudin Nor, mengatakan realita Kota Bontang sebagai daerah rawan pangan hingga ini tak dapat dihindari.

“Karena kita bukan daerah penghasil pangan. Sebagian besar kebutuhan pangan kita masih dipenuhi dari luar daerah,” ungkap Fahrudin blak-blakan.

Selain keterbatasan pada lahan pertanian, jumlah masyarakat yang bergerak di bidang pertanian juga masih minim. Alih-alih berprofesi sebagai petani, kebanyakan orang masih menaruh harapan besar pada sektor industri.

Namun bukan berarti tidak ada upaya yang dilakukan. DKP3 Bontang berfokus pada pemenuhan pangan perkotaan yang berkelanjutan. Program ini diwujudkan dalam bentuk penggalakkan Urban Farming maupun Pekarangan Pangan Lestari (P2L).

Ditambahkan Penyuluh Pertanian DKP3 Bontang Bambang Dwi Daryono, yang menyebut jika kaum petani di Bontang masih didominasi usia 30-40 tahun ke atas. Kebanyakan merupakan kelompok yang tersisih dari persaingan dan peluang pekerjaan lainnya karena faktor pendidikan.

“Tidak semua awalnya begitu, tapi harus diakui karena ada keterbatasan kompetensi. Sehingga mereka yang benar-benar terjun sebagai petani jumlahnya sedikit. Ini berdampak pada jumlah kebutuhan pangan dalam daerah yang juga belum terpenuhi,” katanya.

 Meski demikian, ia tetap optimis kala dikaitkan dengan ketahanan pangan di Kota Bontang. Sejumlah program yang telah disusun dinilai mampu jadi solusi jika mendapat dukungan anggaran maupun peran aktif pihak terkait.

“Seperti Gerdagung. Semoga nanti lahan-lahan pemkot bisa dialihkan menjadi lahan pertanian baru. Karena dalam keluarga petani, itu bukan hanya satu orang.”

“Di KK misalnya ada 4 anak. Nah berarti bisa sampai enam orang yang menggarap lahan, termasuk dengan ibunya,” kata Bambang. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
22,100PelangganBerlangganan