Karebakaltim.com – Kesiapan teknologi pada prosedur pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dinilai belum cukup menjadi masalah lanjutan pasca kenaikan harga bbm. Keluhan ini kini muncul dari para sopir truk yang harus menggunakan fuel card sebagai syarat membeli solar.
Keluhan sopir ini disebabkan jaringan pada saat pengisian BBM yang sering kali lambat alias lemot, sehingga menghambat proses pengisian.
Anggota Komisi III DPRD Kota Bontang Faisal merespon keluhan sopir itu. Faisal langsung mempertanyakan soal jaringan yang dikeluhkan para sopir kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bontang.
“Kami sepakat dengan penggunaan kartu itu, namun keluhan sopir soal jaringan tolong diperbaiki,” kata Faizal.
Bahakan, Faisal mengaku pernah ikut mengantre BBM jenis Dexlite setelah fuel card diterapkan. Dia menyaksikan sendiri truk yang antre BBM sangat lambat.
“Saya tanya langsung pada sopir yang antre, dan jawaban sopir truk bahwa kendalanya pada jaringan,” ungkapnya.
Untuk itu, dia minta Dishub berkoordinasi dengan pihak Pertamina atau pengelola SPBU di Kota Bontang untuk memperbaiki sistem jaringan yang dikeluhkan oleh sopir.
“Ini masalah teknis, tolong bangun koordinasi dengan semua pihak untuk selesaikan masalah jaringan,” pintanya.
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Perhubungan Kota Bontang Welly Sakius membenarkan adanya masalah jaringan fuel card. Namun hingga saat ini pihaknya belum mengetahui musabab jaringan fuel card sering bermasalah.
“Ya, betul sering bermasalah jaringannya. Nanti kami akan mencari tau penyebabnya,” tuturnya.
Welly mengatakan, dengan adanya fuel card, antrean panjang truk saat mengisi BBM mulai terurai. Dengan penggunaan kartu itu, pengisian maksimal setiap kendaraan yang mengisi BBM jenis solar dapat terdeteksi. Sehingga lebih mudah mencegah penimbunan BBM.
Diketahui, saat ini 800 kendaraan yang tercatat memilki kartu fuel card. “Dengan penggunaan fuel card dapat mengurai kemacetan,” imbuhnya. (*)
